BOGORINSIDER.COM - Kumpulan kisah horor SimpleMan. Kisah utas SimpleMan terus mendapatkan perhatian publik baru-baru ini. Tepat setelah thread KKN di Desa Penari menjadi viral dan akhirnya resmi dirilis sebagai film pada April 2022.
Film KKN di Desa Penari juga menjadi film horor Indonesia terlaris. Ternyata SimpleMan punya cerita horor lain dan tak kalah dengan KKN di Desa Penari. Apa kisah horor dari SimpleMan itu?
Salah satunya adalah Sewu Dino atau Seribu Hari, yang menceritakan tentang kekejaman santet yang digunakan antar keluarga. Banyak netizen yang mengatakan kalau cerita Seudino di "Desa Penari" malah lebih seram dari KKN di Desa Penari. Merinding memang saat membaca kisah horor SimpleMan!
1. Sewu Dino (Seribu Hari)
Sewu Dino diambil dari bahasa Jawa yang artinya ada Seribu Hari. Diangkat dari kisah nyata pada 2001, menceritakan tentang Sri, Dini dan Erna yang bekerja sebagai seorang asisten rumah tangga (ART) keluarga Atmojo salah satu orang terpandang.
Alih-alih diberi tugas untuk membersihkan dan mengurus rumah, mereka bertiga malah dikirim ke tengah hutan untuk merawat seorang gadis yang bernama Dela Atmojo. Di sana mereka bertemu dengan Mbah Tamin, orang yang menjaga Dela.
Rupanya Dela ini adalah korban santet kejam, anak yang harus dirawat sampai waktunya tiba. Ia dikirimi kutukan santet sewu dino. Santet yang sudah merenggut nyawa hampir seluruh anggota keluarga Atmojo.
Baca Juga: Wisata Horor Bogor, Bagi Pecinta Misteri Berani Menguji Ardenalin Kalian?
Sri, Dini dan Erna diberikan sebuah tugas yang sangat menyeramkan oleh Mbah Tamin. Mereka juga diamanati untuk tidak melanggar aturan yang telah dibuat oleh Mbah Tamin, jika melanggar nyawa mereka bisa jadi taruhannya.
Sewu Dino akan berfokus pada praktik santet dan ritual-ritual yang harus dilakoni untuk menghilangkan santet tersebut.
Memiliki cerita yang tak kalah seram, membuat publik menginginkan thread cerita horor Sewu Dino ini diadaptasi menjadi film layar lebar.
Baca Juga: Tempat Angker di Bogor, Pengalaman Mistis Ingin Mengunjunginya?
2. Janur Ireng