BOGORINSIDER.com — Minggu pagi di Bogor kini tak hanya diwarnai oleh aroma kopi dari kafe atau riuhnya pasar tradisional. Dari sudut jalan Pajajaran hingga kawasan Puncak, terlihat barisan sepeda beraneka warna melintas dengan ritme yang serempak. Mereka bukan sekadar berolahraga mereka sedang berwisata. Fenomena wisata sepeda kini menjadi bagian dari identitas baru kota hujan.
Dari Hobi Jadi Gaya Hidup
Beberapa tahun terakhir, tren bersepeda kembali menggeliat, terutama setelah pandemi. Di Bogor, komunitas seperti Gowes Bogor Asik (GBA) dan Bogor Cycling Society menjadi pionir. Mereka rutin mengadakan fun ride yang menyatukan olahraga, petualangan, dan wisata kuliner lokal.
“Setiap minggu kami memilih rute berbeda,” ujar Randy, salah satu anggota komunitas. “Kadang ke Ciawi, kadang ke Kampung Sindangbarang. Sepeda itu bukan cuma alat olahraga, tapi cara menikmati kota dari sudut yang tak bisa dijangkau kendaraan.”
Bersepeda memungkinkan orang melihat Bogor dengan cara baru lebih pelan, lebih sadar, dan lebih dekat dengan kehidupan warga lokal.
Baca Juga: Kembali ke Alam: Fenomena Wisata Healing di Kawasan Puncak dan Sekitarnya
Rute Favorit Para Pesepeda
Bogor menawarkan kombinasi rute yang menantang sekaligus indah. Berikut beberapa jalur populer bagi wisatawan dan pesepeda lokal:
- Rute Kota – Kebun Raya – Empang: cocok untuk pemula. Jalurnya datar, melewati bangunan kolonial dan pepohonan rindang.
- Rute Ciawi – Gadog – Puncak: menantang, dengan tanjakan panjang dan udara pegunungan yang segar. Cocok untuk pesepeda berpengalaman.
- Rute Sentul – Babakan Madang – Curug Leuwi Hejo: favorit pencinta alam. Perpaduan jalan aspal, bebatuan, dan pemandangan lembah membuatnya seru.
- Rute Dramaga – Cihideung – Ciapus: dikenal sebagai rute “desa hijau”. Sepanjang jalan, pesepeda disuguhi hamparan sawah dan aktivitas warga.
Bersepeda di Bogor bukan hanya tentang jarak tempuh, tapi tentang bagaimana setiap kilometer menawarkan cerita.
Ekonomi Lokal Ikut Bergerak
Fenomena wisata sepeda ternyata membawa berkah bagi warga. Banyak warung di tepi jalur populer kini menyiapkan menu khusus pesepeda: pisang goreng hangat, kopi tubruk, hingga air kelapa muda. Di kawasan Curug Cipamingkis, misalnya, beberapa warga membuka tempat istirahat bernuansa alam lengkap dengan rak parkir sepeda.
“Setiap minggu bisa dapat puluhan pengunjung yang mampir,” kata Bu Neneng, pemilik warung di Cisarua. “Mereka datang pagi, istirahat, dan biasanya foto-foto dulu sebelum lanjut.”
Selain itu, UMKM lokal seperti bengkel sepeda, penyewaan sepeda lipat, dan produsen jersey lokal juga ikut tumbuh. Bogor menjadi contoh bagaimana tren olahraga bisa memberi dampak ekonomi positif bila dikelola dengan baik.
Bersepeda dan Kesadaran Lingkungan