Wisata Kampung Kopi Windusari, Nikmati Harum Kopi di Lereng Sumbing

photo author
- Sabtu, 1 November 2025 | 22:36 WIB
Asap sangrai kopi Windusari menari di udara pagi, membawa aroma hangat yang menyapa lereng Sumbing. (Foto/ Istimewa.)
Asap sangrai kopi Windusari menari di udara pagi, membawa aroma hangat yang menyapa lereng Sumbing. (Foto/ Istimewa.)

BOGORINSIDER.com  Kabut pagi perlahan menyingkap wajah Gunung Sumbing. Di antara suara serangga dan gemericik air, aroma khas kopi yang baru disangrai menyeruak dari dapur bambu milik warga. Itulah Kampung Kopi Windusari, tempat di mana setiap butir kopi bukan sekadar minuman, tetapi cerita tentang ketekunan dan cinta terhadap tanah.

Jejak Kopi di Lereng Sumbing

Kopi sudah menjadi bagian dari kehidupan warga Windusari sejak lama. Lereng Sumbing dengan tanah vulkaniknya yang subur membuat biji kopi tumbuh sempurna, memiliki karakter rasa yang kuat dengan aroma earthy khas pegunungan.
Awalnya, kopi hanya ditanam untuk konsumsi pribadi. Namun dalam beberapa tahun terakhir, warga mulai melihat potensi wisata dari kegiatan sehari-hari mereka.

Dari situ lahirlah Kampung Kopi Windusari, sebuah gerakan kecil yang tumbuh besar karena semangat gotong royong. Di sini, pengunjung tidak hanya datang untuk minum kopi, tapi ikut mengalami seluruh prosesnya dari pohon hingga cangkir.

Dari Pohon ke Cangkir: Perjalanan Kopi yang Autentik

Wisatawan yang datang ke Windusari akan diajak berjalan menyusuri kebun kopi yang menghijau di lereng perbukitan. Setiap pengunjung diberi keranjang kecil untuk memetik buah kopi matang berwarna merah menyala.
Suasana hening, hanya terdengar tawa petani dan suara daun yang bergesekan lembut dihembus angin.

Setelah panen, pengunjung dibimbing untuk belajar proses sangrai tradisional menggunakan tungku kayu. Api kecil dan bau gosong manis memenuhi ruangan bambu. Inilah momen paling menarik saat biji kopi berubah warna, aroma mulai memenuhi udara, dan setiap orang tersenyum puas menunggu hasilnya diseduh.

Tak lama kemudian, secangkir kopi robusta Windusari tersaji di atas meja kayu. Rasanya pekat, sedikit pahit dengan sentuhan asam alami. Di suhu 1.000 mdpl, kopi ini terasa jauh lebih nikmat bukan karena kemewahan tempat, tapi karena kejujuran prosesnya.

Baca Juga: Spot Sunrise Terindah Windusari: Keajaiban Pagi di Magelang

Kopi dan Cerita di Balik Cangkir

Bagi warga Windusari, kopi adalah simbol persahabatan. Setiap rumah hampir selalu menyiapkan teko kopi bagi tamu. Saat wisatawan datang, mereka tidak hanya disuguhi minuman, tapi juga cerita: tentang masa kecil di ladang, panen pertama, hingga perjuangan menjaga tanaman dari cuaca ekstrem.

Seorang petani bernama Pak Karyo bercerita, “Kopi itu bukan sekadar hasil bumi. Ia mengajarkan sabar, karena dari tanam sampai panen bisa dua tahun. Tapi saat mencium aroma pertama dari sangrai sendiri, semua lelah terbayar.”

Cerita-cerita seperti ini membuat pengalaman wisata kopi di Windusari terasa personal dan hangat. Tidak ada kesan komersial berlebihan hanya keseharian yang tulus dan indah.

Baca Juga: Menyelami Kehidupan Petani di Wisata Edukasi Alam Windusari

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Faizal khoirul imam

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X