Rehat Dari Hiruk Pikuk di Tengah Kota, Destinasi Wisata Kebun Raya Bogor dan Kisah Abadi di Balik Pohon Tua

photo author
- Kamis, 30 Oktober 2025 | 13:32 WIB
Cahaya pagi menembus rimbun pepohonan di Kebun Raya Bogor, menghadirkan suasana tenang di tengah kota yang sibuk. Foto/Bogorinsider.com (Foto/Bogorinsider.com)
Cahaya pagi menembus rimbun pepohonan di Kebun Raya Bogor, menghadirkan suasana tenang di tengah kota yang sibuk. Foto/Bogorinsider.com (Foto/Bogorinsider.com)

Dalam beberapa tahun terakhir, Kebun Raya Bogor menghadirkan konsep smart tourism dengan sistem tiket digital, peta interaktif, dan pusat informasi berbasis QR code.

Terdapat juga Ecodome, bangunan kubah futuristik tempat pengunjung bisa belajar tentang energi terbarukan dan konservasi lingkungan. Di area ini, anak-anak dapat mengikuti kelas mini tentang fotosintesis, pengolahan sampah, hingga penanaman bibit.

Di sisi lain, Kafe Kopi Daun menjadi tempat bersantai yang populer di kalangan anak muda. Kafe ini menghadap langsung ke taman anggrek tropis, menjadikannya tempat ideal untuk menyeruput kopi sambil membaca buku atau bekerja jarak jauh.

Harga kopi dan makanan: mulai Rp25.000 – Rp70.000 per orang.

Jejak Sejarah di Antara Akar Pohon

Berjalan di Kebun Raya Bogor ibarat menelusuri babak sejarah yang hidup. Beberapa pohon besar sudah berusia lebih dari dua abad.

Di balik rindangnya dahan, terdapat Makam Olivia Raffles, istri Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles tokoh yang berperan besar dalam pendirian kebun ini.

Baca Juga: Menikmati Senja di Pantai Tanjung Kalian, Mutiara Muntok yang Tenang

Area makam ini kini ditata rapi dan menjadi salah satu spot bersejarah paling sering dikunjungi wisatawan mancanegara.

Namun yang membuatnya menarik bukan hanya cerita kolonialnya, melainkan bagaimana tempat ini menjadi pengingat bahwa alam dan manusia memiliki hubungan yang panjang dan rumit.

Tempat Refleksi di Tengah Kota

Bagi banyak warga Bogor, Kebun Raya bukan sekadar tempat wisata, tapi ruang perenungan. Banyak pengunjung datang sendirian, duduk di bawah pohon besar, hanya untuk membaca, menulis, atau sekadar mendengar suara daun jatuh.

Di era digital yang serba cepat, tempat ini memberi kesempatan untuk melambat. Setiap jalan setapak, setiap jembatan kecil, seolah mengajarkan satu hal: bahwa ketenangan tidak perlu dicari jauh-jauh kadang ia tumbuh di tengah hiruk pikuk kota.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rosa Nilasari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X