BOGORINSIDER.com — Wates, kota kecil di Kulon Progo, kerap menjadi sekadar titik persinggahan bagi mereka yang menuju Yogyakarta atau Pantai Selatan. Namun belakangan, wajah Wates berubah. Bukan karena pembangunan besar, melainkan karena daya tarik barunya: ketenangan.
Di tengah tren staycation yang semakin diminati, Wates menawarkan sesuatu yang berbeda bukan kemewahan, tapi keaslian. Di sinilah, pagi-pagi terasa lebih hangat dengan aroma kopi hitam dan kicau burung, bukan suara mesin kendaraan.
Homestay Bergaya Tradisional: Rumah yang Sungguh Rumah
Di sisi barat kota, berdiri beberapa homestay yang mengusung konsep rumah Jawa klasik. Salah satunya, Omah Bambu Wates, dibangun dari kayu jati dan bambu dengan taman kecil di tengah halaman. Tamu disambut tuan rumah dengan senyum dan teh hangat, lengkap dengan gorengan pisang.
Homestay semacam ini tidak hanya menawarkan tempat tidur, tetapi juga pengalaman bercengkerama di pendopo sambil mendengarkan gamelan dari radio tua, atau menikmati udara sore tanpa tergesa.
Beberapa penginapan juga menyediakan aktivitas khas pedesaan seperti membatik, menanam padi, hingga bersepeda menyusuri jalan kecil di antara sawah. Bagi wisatawan urban, pengalaman sederhana seperti ini terasa menyegarkan.
Baca Juga: Dari Wates ke Laut Selatan: Sensasi Naik Kereta ke Pantai Glagah
Hotel Bernuansa Alam: Modern tapi Tetap Membumi
Bagi yang mencari kenyamanan lebih, ada beberapa hotel modern di sekitar Wates dengan sentuhan alami. The Amarta Eco Lodge, misalnya, menggabungkan desain minimalis dengan nuansa tropis. Setiap kamar menghadap ke kebun hijau dan kolam ikan kecil, menciptakan suasana damai tanpa meninggalkan fasilitas modern.
Hotel-hotel di Wates sengaja tidak mengusung gaya metropolitan. Mereka justru mempertahankan nilai lokal dinding bata ekspos, ornamen kayu, serta aroma dupa di lobi. Sentuhan-sentuhan ini membuat pengunjung merasa bukan sedang “liburan”, tapi “pulang”.
Menikmati Waktu Lambat di Kota Kecil
Staycation di Wates bukan tentang banyaknya destinasi yang dikunjungi, melainkan tentang waktu yang melambat. Di pagi hari, tamu bisa berjalan kaki ke pasar tradisional, mencicipi nasi megono atau pecel khas Kulon Progo. Saat siang, bisa bersantai di teras sambil membaca buku, ditemani semilir angin dari arah sawah.
Bagi pasangan muda, tempat-tempat seperti ini menjadi alternatif romantis yang berbeda dari hotel mewah di kota besar. Sedangkan bagi pekerja yang lelah dengan ritme cepat, Wates menjadi obat sederhana: keheningan.
Baca Juga: Menyusuri Malam di Wates: Nikmatnya Sate Klathak Pinggir Jalan dan Wedang Uwuh
Artikel Terkait
Pantai Klayar Pacitan Harmoni Ombak, Batu Karang, dan Keheningan Alam Cocok Untuk Kamu Melepas Penat
Tidak Perlu Ke Afrika, Nikmati Petualangan Wisata Sungai Maron Amazonnya di Pacitan yang Menenangkan
Liburan Asik Anti Mainstream Nikmati Petualangan Wisata Sungai Maron Amazonnya di Pacitan yang Menenangkan
Menyapa Alam Liar di Pantai Watu Karung Pacitan, Destinasi Wisata Permata Tersembunyi di Jawa Timur
Keajaiban Goa Tabuhan, Simfoni Alam Antimainstream dari Jantung Pacitan