BOGORINSIDER.com --Ada momen ketika alam seakan berbicara lewat desiran angin dan debur ombak. Itulah yang akan dirasakan setiap orang ketika menapaki pasir putih di Pantai Klayar, salah satu mahakarya alam yang membuat Pacitan dijuluki “The Hidden Paradise of Java”.
Jauh dari keramaian kota, pantai ini menyimpan pesona yang tak sekadar indah, tetapi juga punya cerita yang memikat hati siapa pun yang datang.
Suara Alam dari Ujung Selatan Jawa
Perjalanan menuju Pantai Klayar tak bisa dibilang mudah. Dari pusat kota Pacitan, wisatawan harus menempuh sekitar 40 menit perjalanan berkelok di antara perbukitan kapur.
Namun begitu sampai di tepi pantai, semua lelah seperti hilang. Hamparan pasir putih halus berpadu dengan laut biru yang memantulkan cahaya matahari, menciptakan pemandangan yang menenangkan jiwa.
Baca Juga: Menyelami Keindahan Wisata Alam Curug Leuwi Hejo, Kolam Jernih di Kaki Gunung Pancar Sentul Bogor
Di sisi barat pantai, berdiri gagah batu karang besar yang dijuluki “Sphinx” karena bentuknya menyerupai patung di Mesir. Saat ombak menerpa celah karang, air akan menyembur ke udara membentuk semburan alami seperti air mancur.
Fenomena ini disebut “seruling laut” oleh warga sekitar karena suara yang dihasilkannya menyerupai tiupan alat musik tradisional.
Cerita yang Tumbuh dari Generasi ke Generasi
Bagi masyarakat lokal, Pantai Klayar bukan sekadar tempat wisata. Ia adalah ruang hidup dan legenda. Konon, ada kisah tentang roh penjaga laut yang menjaga keseimbangan alam di kawasan ini. Cerita rakyat itu dituturkan turun-temurun dan menjadi bagian dari identitas warga Pacitan.
Tak jarang, wisatawan datang bukan hanya untuk menikmati keindahan, tetapi juga untuk mencari ketenangan spiritual.
Beberapa pengunjung memilih duduk di tepi batu, menatap cakrawala yang membentang tanpa batas merenungkan kehidupan di antara suara angin dan ombak.
Baca Juga: Destina Wisata Candi Prambanan, Nikmati Keindahan Abadi dari Legenda Roro Jonggrang di Jogja
Harmoni Alam yang Menenangkan Jiwa
Pantai Klayar juga menjadi lokasi favorit para fotografer. Cahaya senja di ufuk barat menampilkan gradasi warna jingga yang menari di atas laut. Sementara itu, bebatuan karang dan semburan air menciptakan komposisi alam yang seolah tak dirancang manusia.
Banyak wisatawan memilih datang pagi-pagi buta untuk menyaksikan matahari terbit dari balik bukit.
Momen itu kerap diabadikan sebagai simbol harapan baru sesuatu yang hanya bisa dipahami ketika berada di sana, langsung menyaksikan alam bekerja dalam keindahannya yang paling murni.
Artikel Terkait
Pesona Tebing Breksi, Batu Purba yang Jadi Ikon Wisata Yogyakarta dengan Harga Tiket Berkisar 10K
HeHa Sky View, Wisata Modern di Bukit Patuk Jogja yang Instagramable Bikin Fotomu Makin Kece
Nikmati Liburanmu ke Destinasi Wisata Pantai Indrayanti, Surga Pasir Putih di Selatan Jogja
Harga Tiketnya Hanya 5k Wisata Alam di Hutan Pinus Mangunan Jogja, Tempat Favorit Pelarian dari Hiruk Pikuk
Liburan Sambil Edukasi, Keraton Jogja Warisan Wisata Budaya yang Hidup di Tengah Kota