BOGORINSIDER.com — Di tengah udara sejuk kota hujan, ada aroma baru yang kini mengisi banyak halaman rumah warga Bogor aroma tanah segar dari hasil kompos. Di sisi lain, jalanan kota mulai dipenuhi dengan deru lembut roda sepeda lipat yang menggantikan suara mesin motor. Kota ini pelan-pelan berubah, bukan karena peraturan, tapi karena kesadaran.
Dari Sisa Dapur Jadi Emas Tanah
Di sebuah gang kecil di kawasan Cimanggu, seorang ibu rumah tangga bernama Tini (41) sedang mengaduk ember besar berisi sisa sayur dan daun kering. Baginya, itu bukan sampah, tapi “bahan baku kebun mini.”
“Dulu saya buang semua sisa dapur. Sekarang, saya ubah jadi kompos buat tanaman cabai di halaman,” ujarnya sambil tersenyum.
Gerakan membuat kompos rumah tangga kini semakin populer di Bogor. Banyak warga yang belajar dari media sosial atau workshop komunitas lingkungan. Salah satunya Bogor Compost Club, komunitas yang mengajarkan teknik membuat pupuk alami dari sampah organik.
“Awalnya cuma tiga orang,” cerita Luthfi, pendiri komunitas itu. “Sekarang sudah lebih dari 200 anggota aktif. Kami saling tukar pengalaman, bahkan bikin pasar tukar kompos tiap bulan.”
Dari rumah ke rumah, kebiasaan kecil ini menjelma jadi gerakan besar. Tidak hanya menekan volume sampah, tapi juga menumbuhkan kembali rasa hubungan antara manusia dan tanah.
Baca Juga: Tren Baru: Gaya Hidup Ramah Lingkungan di Bogor
Sepeda Lipat, Simbol Gaya Hidup Baru
Setiap pagi, di sepanjang Jalan Pajajaran, pemandangan sekumpulan pesepeda dengan jaket warna cerah sudah menjadi hal biasa. Mereka bukan atlet, melainkan pekerja kantoran yang memilih sepeda lipat sebagai transportasi utama.
“Saya tinggal di Bantarjati dan kerja di Baranangsiang. Naik motor boros dan macet. Sekarang saya naik sepeda lipat, badan sehat, dompet juga aman,” kata Bayu (28), pegawai swasta yang tergabung dalam komunitas BikeToWork Bogor.
Komunitas ini bukan hanya sekadar kelompok bersepeda, tapi simbol gaya hidup baru yang lebih sadar lingkungan. Mereka rutin mengadakan Fun Ride Green Sunday acara bersepeda sambil mengumpulkan sampah plastik di sepanjang rute.
Bagi mereka, bersepeda bukan sekadar hobi, tapi bentuk tanggung jawab terhadap kota.
“Kalau kita mau udara bersih, ya kita yang harus mulai dulu,” ujar Bayu sambil menepuk sadelnya.
Eco-Lifestyle: Dari Rumah ke Jalan Raya
Kesadaran hijau di Bogor kini menjalar ke berbagai lapisan. Di kompleks perumahan, warga mulai bergotong royong membuat taman komunal dari botol bekas. Sementara di perkantoran, muncul kebijakan Bring Your Own Bottle (BYOB) dan penggunaan alat makan pribadi.
Artikel Terkait
Menelusuri Keajaiban Wisata Sam Poo Kong, Warisan Laksamana Cheng Ho Destinasi Budaya di Semarang
Wajib Kunjungi Wisata Buddhagaya Watugong, Keindahan Spiritual di Selatan Semarang
Dusun Semilir Bawen, Wisata Alam Unik dan Instagramable di Semarang yang Bisa Kamu Kunjungi
Berkontribusi Dalam Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor, Bupati Rudy Susmanto Berikan Penghargaan Kepada Para Investor
Bupati Bogor Dukung Penuh Program Pengolahan Sampah Jadi Energi Listrik di Bogor Raya