Dari Soto Kuning hingga Es Pala, Cerita Rasa di Jalan Suryakencana Bogor Tempat Wisata Bikin Kenyang

photo author
- Jumat, 24 Oktober 2025 | 14:15 WIB
Menikmati semangkuk soto kuning hangat dan segarnya es pala di Jalan Suryakencana Bogor. Foto/Bogorinsider.com (Foto/Bogorinsider.com)
Menikmati semangkuk soto kuning hangat dan segarnya es pala di Jalan Suryakencana Bogor. Foto/Bogorinsider.com (Foto/Bogorinsider.com)

BOGORINSIDER.com --Di tengah denyut kehidupan Kota Bogor yang semakin modern, ada satu jalan yang tetap setia menjaga napas masa lalu.

Jalan Suryakencana, jalur legendaris di kawasan pecinan Bogor, adalah tempat di mana aroma soto kuning bercampur dengan wangi dupa, suara pedagang bersahutan dengan tawa pembeli, dan sejarah berbaur dalam setiap langkah.

Denyut Sejarah di Tengah Kota

Suryakencana bukan hanya jalan, tapi urat nadi sejarah Bogor.
Sejak abad ke-19, kawasan ini menjadi pusat perdagangan dan pertemuan budaya antara Tionghoa, Sunda, dan Betawi.

Bangunan tua dengan jendela kayu dan atap bergaya kolonial masih berdiri kokoh, menjadi saksi bisu bagaimana kota ini tumbuh dari masa ke masa.

Berjalan di sepanjang jalan ini seperti berjalan melewati lapisan waktu. Di satu sisi ada toko herbal tua yang menjual jamu sejak tahun 1920-an, di sisi lain ada kafe kekinian yang menawarkan kopi manual brew dengan interior retro.
Modern dan klasik hidup berdampingan tanpa saling meniadakan.

Kuliner yang Tak Pernah Padam

Tapi daya tarik utama Suryakencana tetaplah kuliner legendarisnya.
Bagi banyak orang, tidak sah ke Bogor tanpa mencicipi soto kuning di tepi jalan ini.

Aroma gurih kuah santan, potongan daging sapi empuk, dan taburan bawang goreng menciptakan rasa nostalgia yang sulit tergantikan.

Tak jauh dari situ, ada es pala Bu Aisyah yang sudah bertahan lebih dari 50 tahun manis, segar, dan penuh kenangan.

Setiap kios punya cerita. Ada pedagang lumpia yang diwariskan turun-temurun sejak tiga generasi. Ada penjual kue keranjang yang hanya buka menjelang Imlek.

Suryakencana bukan sekadar tempat makan, tapi tempat di mana rasa dan waktu bertemu.

“Setiap makanan di sini punya umur panjang, karena dibuat dengan cinta,” kata Pak Hendra, pemilik toko kue tradisional yang sudah berjualan sejak 1970-an. “Kami tidak sekadar jualan, kami menjaga kenangan.”

Kehidupan yang Tak Pernah Tidur

Sore hari, Suryakencana berubah menjadi panggung kehidupan kota. Lampu-lampu jalan menyala, pedagang kaki lima mulai membuka gerobak, dan musik jalanan mengalun pelan di antara kerumunan.

Anak muda berdatangan, berburu kuliner malam sambil berfoto di depan mural-mural baru yang menghiasi dinding tua.

Sementara itu, di sudut-sudut kecil, warga lokal masih menjalani rutinitas mereka: menjemur pakaian, berbincang di depan toko, atau menyalakan dupa di altar kecil di depan rumah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rosa Nilasari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X