BOGORINSIDER.com -- Microsoft menegaskan tidak menemukan bukti bahwa teknologi mereka, khususnya layanan cloud Azure dan kecerdasan buatan (AI), digunakan oleh militer Israel untuk melukai warga sipil Palestina di Gaza.
Pernyataan resmi ini disampaikan setelah perusahaan melakukan peninjauan internal yang juga melibatkan pihak eksternal, sebagai respons atas tekanan dari sejumlah karyawan yang menuntut pemutusan kontrak Microsoft dengan pemerintah Israel.
Menurut Microsoft, hubungan bisnis mereka dengan Kementerian Pertahanan Israel (IMOD) adalah kemitraan komersial biasa.
Baca Juga: Microsoft akhirnya buka suara tanggapi BSOD windows yang terjadi secara mendunia
Hasil tinjauan menunjukkan tidak ada indikasi bahwa layanan Azure, AI, atau software Microsoft lainnya digunakan untuk menimbulkan kerugian atau melanggar standar etika AI Code of Conduct perusahaan.
Kode Etik AI Microsoft mensyaratkan pengguna untuk mengimplementasikan pengawasan manusia dan kontrol akses guna memastikan teknologi cloud dan AI tidak disalahgunakan atau menyebabkan bahaya yang bertentangan dengan hukum.
Selama proses evaluasi, Microsoft melakukan wawancara dengan puluhan karyawan dan menelaah berbagai dokumen guna mencari bukti adanya penyalahgunaan teknologi mereka untuk menargetkan warga Gaza.
Namun, Microsoft mengakui keterbatasan mereka dalam mengakses secara langsung bagaimana pelanggan memakai software Microsoft di server atau perangkat mereka sendiri.
Selain itu, perusahaan tidak dapat memantau operasi cloud yang dijalankan oleh IMOD secara internal.
Baca Juga: Cara Mudah Membuat Daftar Isi Secara Otomatis di Microsoft Word, Cocok Untuk yang Lagi Tugas Akhir
Perusahaan juga menegaskan bahwa biasanya militer menggunakan software khusus yang dikembangkan oleh penyedia teknologi pertahanan, bukan produk Microsoft, untuk keperluan pengawasan dan operasi militer.
Microsoft menegaskan mereka tidak menciptakan atau menyediakan software seperti itu kepada IMOD.
Pengumuman hasil review ini muncul dua minggu setelah dua mantan karyawan Microsoft melakukan aksi protes saat perayaan ulang tahun ke-50 Microsoft.
Salah satu mantan karyawan menuding CEO AI Microsoft, Mustafa Suleyman, sebagai "pencari untung dari perang" dan menyerukan agar Microsoft menghentikan penggunaan teknologi AI mereka di wilayah konflik.
Kedua mantan karyawan tersebut merupakan bagian dari kelompok 'No Azure for Apartheid' yang mendesak Microsoft untuk memutus kontrak dengan Israel.
Artikel Terkait
Cara Mudah Membuat Daftar Isi Secara Otomatis di Microsoft Word, Cocok Untuk yang Lagi Tugas Akhir
Jalur Gaza Kian Memanas, Tank Israel Makin Barbar Invasi ke Pemukiman dan Perkebunan
Rumah Sakit Gaza Dikepung Tank Israel, Puluhan Bayi Prematur Dievakuasi ke Mesir
Israel Akhirnya Setuju Gencatan Sejata dengan Hamas di Gaza: Tukar Tawanan atau Kehabisan Fulus?
Microsoft akhirnya buka suara tanggapi BSOD windows yang terjadi secara mendunia