BOGORINSIDER.com -- Bencana banjir besar melanda Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, memaksa lebih dari 13 ribu warga meninggalkan rumah mereka.
Pemerintah daerah menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari, terhitung sejak Minggu (23/6/2025), untuk mempercepat penanganan di lapangan.
Hujan deras yang mengguyur selama beberapa hari terakhir membuat permukiman di enam kecamatan terendam air.
Data dari BNPB mencatat sebanyak 4.182 KK atau 13.965 jiwa dari 15 desa terpaksa mengungsi.
Baca Juga: Pramono Ajak Warga Jakarta Bersama Atasi Banjir dan Kemacetan
Kecamatan yang terdampak meliputi Bacan, Bacan Selatan, Gane Barat, Gane Timur, Gane Timur Selatan, dan Gane Barat Selatan.
Tragisnya, satu balita berusia dua tahun meninggal akibat terseret arus, dan satu warga mengalami luka akibat tersengat listrik.
Sebanyak 1.522 rumah terendam banjir, dengan empat rumah rusak berat dan dua jembatan rusak parah.
Tinggi air bervariasi antara 20 hingga 150 cm, mengganggu mobilitas warga dan akses bantuan.
Bupati Halmahera Selatan, Hasan Ali Bassam Kasuba, menyebut wilayah terparah berada di Kecamatan Bacan, terutama di lima desa seperti Labuha dan Amasing Kota.
Sebanyak 2.430 jiwa dari 640 KK telah diungsikan ke delapan titik pengungsian yang disiapkan pemkab.
Baca Juga: Kemacetan Total Terjadi di Jalan Patra Jakarta Barat Akibat Banjir Luapan Kali Sekretaris
Banjir juga berdampak pada Bandar Udara Oesman Sadik di Labuha. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melaporkan bahwa sebagian runway ditutup karena tergenang.
NOTAM dikeluarkan untuk menghentikan operasional sementara demi keselamatan penerbangan.
Meskipun sempat tertunda, penerbangan Wings Air tujuan Ternate-Labuha telah kembali berjalan pada Senin pagi.