news

Mengenang Tragedi Trisakti 1998, Tragedi yang Masih Meninggalkan Luka Mendalam Pada Keluarga Korban

Minggu, 17 Desember 2023 | 20:04 WIB
Mengenang Tragedi Trisakti 1998, Tragedi yang Masih Meninggalkan Luka Mendalam Pada Keluarga Korban. (Foto/Istimewa.)

BOGORINSIDER.com - Ini dia Tragedi Trisakti 1998. Pihak berwenang merespons secara represif terhadap pengunjuk rasa yang menuntut pengunduran diri Soeharto pada 12 Mei 1998. Akibatnya, puluhan pengunjuk rasa terluka dan empat lainnya tewas.

Peristiwa ini dikenang sebagai tragedi Trisakti. 15 orang menjadi tersangka dalam kasus ini. Enam dari mereka dijatuhi hukuman penjara antara 2 sampai 10 bulan pada tahun 1998 dan 1999.

Sedangkan pada tahun 2002, sembilan orang lainnya didakwa. Mereka divonis hukuman penjara 2 hingga 3 tahun. Hukuman tersebut sangat ringan dibandingkan empat kematian mahasiswa Universitas Trisakti.

Baca Juga: Tragedi Bawaslu 2019, Peristiwa Memilukan yang Mencoreng Wajah Demokrasi di Indonesia

Korban meninggal dunia adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Beberapa bagian penting tubuh mereka yakni kepala, tenggorokan, dan dada mengalami luka parah. Luka tersebut diyakini disebabkan oleh peluru tajam yang digunakan pihak berwenang.

Kapolri saat itu, Jenderal Pol Dibyo Widodo, membantah tentaranya menggunakan peluru tajam dalam operasi keamanan. Namun, investigasi lapangan yang dilakukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) menunjukkan hal sebaliknya. Korban justru tewas terkena peluru tajam.

Rentetan kejadian Tragedi Trisakti, 12 Mei 1998

 

Tragedi itu bermula ketika pada 12 Mei 1998, pukul 11.00, ribuan orang berkumpul di halaman parkir Universitas Trisakti. Ada profesor, dosen, mahasiswa, staf dan lulusan. Mereka bersorak menunggu mantan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Abdul Haris Nasution angkat bicara.

Baca Juga: Kronologi Tragedi Sampit 2001, Menguak Sejarah Kelam Perselisihan Antar Suku di Indonesia

Semakin sore, arus orang semakin besar. Udara mulai menghangat ketika 5.000 siswa bergantian bernyanyi. “Turunkan harga kebutuhan pokok! Reformasi politik! Mundur, Soeharto!” Namun Abdul Haris tak kunjung datang. Para pemuda kemudian melanjutkan aksinya menuju gedung DPR/MPR di Senayan, Jakarta Pusat. Jaraknya lebih dari 10 kilometer dari Kampus Trisakti di Grogol, Jakarta Barat.

Saat itu tengah hari, sekitar pukul 12.00 WIB. Hanya berjarak 100 meter dari kampus, pasukan Polres Jakarta Barat, Korps Brimob Polda Metro Jaya, dan Pasukan Anti Huru-hara Resimen induk Kodam memblokade barisan tersebut. Kemudian, perwakilan mahasiswa Dekan Fakultas Hukum Trisakti Adi Andojo dan Komandan Kodim Jakarta Barat Letkol (Inf) Amril Amin menggelar musyawarah.

Sidang diakhiri dengan aksi damai yang hanya sampai ke bekas kantor Wali Kota Jakarta Barat. Sekitar 300 meter dari kampus, Adi bertemu dengan mahasiswa usai pertemuan. “Saya mohon berjanji tidak akan ada tindakan kekerasan di tempat ini,” ucapnya disambut tepuk tangan mahasiswa. Aksi berlangsung tertib. Sesekali, para mahasiswa bercanda dengan aparat keamanan dengan membagikan minuman kemasan, permen, dan bunga mawar.

Baca Juga: Tragedi Bintaro 1987, Salah Satu Kecelakaan Kereta Api Terparah Sepanjang Sejarah Indonesia

Halaman:

Tags

Terkini

Lambannya Perkara Kasus Pelecehan di SD Advent Bekasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:17 WIB