BOGORINSIDER.com - Ini dia Kronologi Tragedi Sampit. Konflik Sampit merupakan kerusuhan antaretnis yang terjadi di Sampit pada awal Februari 2001. Konflik ini bermula di kota Sampit Kalimantan Tengah dan kemudian menyebar ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya.
Konflik ini terjadi antara suku asli Dayak dengan pendatang asal Madura. Saat itu, transmigran asal Madura berjumlah 21 persen dari total penduduk Kalimantan Tengah. Alhasil Kalteng merasa tidak puas karena masih terasa seperti rival Madura.
Akibat permasalahan ekonomi tersebut, terjadilah kerusuhan antara suku Madura dan suku Dayak. Serangan ini kemudian memaksa 1.335 warga Madura mengungsi. Konflik di Sampit yang terjadi pada tahun 2001 bukanlah kejadian pertama yang terjadi antara suku Dayak dan Madura.
Baca Juga: Tragedi Bintaro 1987, Salah Satu Kecelakaan Kereta Api Terparah Sepanjang Sejarah Indonesia
Ada perselisihan di antara mereka sebelumnya. Masyarakat Madura pertama kali tiba di Kalimantan Tengah pada tahun 1930 sebagai bagian dari program transmigrasi yang dimulai oleh pemerintah kolonial Belanda.
Pada tahun 2000, jumlah transmigran dari Madura mencapai 21 persen dari total penduduk Kalimantan Tengah. Suku Dayak mulai merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari Madura. Peraturan baru ini juga memungkinkan masyarakat Madura menguasai banyak industri komersial di provinsi tersebut, seperti perkayuan, pertambangan dan perkebunan.
Hal ini menimbulkan masalah ekonomi yang kemudian meningkat menjadi kerusuhan di antara mereka. Kerusuhan terjadi pada tahun 2001. Kerusuhan bermula ketika sebuah rumah suku Dayak dibakar.
Baca Juga: Tragedi Bawaslu 2019, Peristiwa Memilukan yang Mencoreng Wajah Demokrasi di Indonesia
Menurut rumor yang beredar, pelaku pembakaran rumah Dayak adalah masyarakat Madura. Beberapa saat kemudian, warga Dayak mulai membalas dengan membakar rumah warga Madura. Profesor Usop dari Asosiasi Komunitas Dayak mengklaim bahwa pembantaian yang dilakukan suku Dayak terjadi untuk membela diri setelah menyerang beberapa warga desa Dayak.
Seorang pria Dayak juga diduga disiksa dan dibunuh oleh sekelompok orang Madura menyusul perselisihan perjudian di desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000. Kisruh antara suku Dayak dan Madura diperparah dengan perbedaan adat dan nilai-nilai masyarakat. kedua suku tersebut. dari mereka punya.
Kebiasaan masyarakat Madura yang membawa parang dan arit kemana-mana membuat masyarakat Dayak mengira tamunya sudah siap berperang. Konflik Sampit sendiri bermula dari pertikaian kedua etnis ini sejak akhir tahun 2000-an.
Baca Juga: Tragedi Jalan Tol Brexit 2016, Kemacetan Terparah Dalam Sejarah Indonesia yang Menelan Korban Jiwa
Pada pertengahan bulan Desember 2000, terjadi bentrokan antara suku Dayak dan Madura di desa Kereng Pangi sehingga menimbulkan ketegangan hubungan di antara mereka. Ketegangan meningkat setelah terjadi perkelahian di sebuah tempat hiburan di desa pertambangan emas Ampalit. Seorang etnis Dayak bernama Sandong tewas akibat luka tusuk yang diterimanya.
Kejadian ini sangat membuat marah keluarga dan tetangga Sandong. Dampak Dua hari setelah kejadian, 300 warga Dayak tiba di lokasi tewasnya Sandong untuk mencari pelaku. Tak berhasil menemukan pelakunya, sekelompok warga Dayak melampiaskan amarahnya dengan merusak sembilan rumah, dua mobil, lima sepeda motor, dan dua tempat karaoke milik warga Madura.