BOGORINSIDER.com — Di setiap langkah di jalan-jalan kecil Muntok, seolah waktu berjalan mundur. Bangunan tua berdinding tebal, jendela kayu berwarna pastel, dan aroma kopi yang menyeruak dari warung lama menghadirkan suasana klasik yang sulit ditemukan di kota modern.
Inilah pengalaman Muntok Heritage Walk, cara terbaik untuk mengenal sisi sejarah dan kehidupan lokal di jantung Bangka Barat.
Menelusuri Kota Tua yang Masih Bernapas
Muntok bukan hanya kota pelabuhan, tapi juga saksi sejarah panjang dari perdagangan timah, kolonialisme, hingga perjuangan kemerdekaan. Melalui program “Heritage Walk”, wisatawan diajak berjalan kaki menelusuri rute yang menyambungkan bangunan-bangunan bersejarah dengan kehidupan sehari-hari warganya.
Perjalanan biasanya dimulai dari Wisma Ranggam, tempat bersejarah yang pernah menjadi lokasi pengasingan Bung Hatta dan Sutan Sjahrir. Di sinilah, semangat perjuangan kemerdekaan pernah berdenyut dalam kesunyian.
Bangunan kolonial dua lantai ini kini berfungsi sebagai museum kecil yang menampilkan foto-foto dan artefak sejarah Muntok.
Dari sana, langkah berlanjut ke kawasan Kota Tua Muntok, di mana arsitektur Belanda, Tionghoa, dan Melayu berpadu dalam harmoni visual yang memikat. Jalan sempit dengan rumah-rumah berusia ratusan tahun menciptakan suasana seperti berjalan di masa lalu.
Baca Juga: Teluk Rubiah: Harmoni Alam dan Kehidupan Pesisir di Ujung Muntok
Jejak Multikultural yang Melebur
Keunikan Muntok terletak pada keberagaman budayanya. Dalam satu rute Heritage Walk, wisatawan bisa menemukan Masjid Jami Muntok, Kelenteng Kung Fuk Miao, dan Gereja Santa Maria tiga tempat ibadah yang berdiri tidak jauh satu sama lain.
Pemandangan ini menjadi simbol toleransi yang telah mengakar sejak lama di masyarakat Muntok.
Warga setempat dengan ramah menyapa setiap pengunjung. Ada ibu-ibu yang sedang menjemur ikan asin di depan rumah, anak-anak yang berlari di gang kecil, dan pedagang kopi yang menyuguhkan aroma nostalgia.
Semua itu membuat perjalanan terasa hidup, bukan seperti kunjungan museum yang diam, tapi seperti bertemu dengan masa lalu yang masih bernafas.
Cita Rasa Sejarah di Setiap Cangkir Kopi
Salah satu pemberhentian favorit di jalur Heritage Walk adalah kedai kopi tua di kawasan pasar lama.
Kopi robusta Muntok yang diseduh dengan cara tradisional, disajikan bersama roti bakar dan obrolan ringan, menjadi bagian dari pengalaman wisata yang autentik.
Di sinilah banyak cerita lama berpindah dari mulut ke mulut tentang kapal-kapal timah, kisah pelabuhan, hingga kenangan masa kecil di kota tua.
Beberapa kedai bahkan mempertahankan interior aslinya sejak puluhan tahun lalu: meja kayu, dinding kusam, dan kalender lawas yang masih tergantung di sudut. Semuanya menghadirkan suasana hangat dan akrab, seolah waktu berhenti di tengah hiruk pikuk modernitas.
Kampanye Pelestarian Warisan Kota