BOGORINSIDER.com — Di pesisir barat Bangka Barat, ada sebuah kampung nelayan yang tenang bernama Teluk Rubiah. Dari kejauhan, terlihat perahu-perahu kecil berwarna cerah berbaris di tepian laut, sementara anak-anak berlari di pasir putih dengan tawa yang lepas. Teluk Rubiah bukan sekadar destinasi wisata, tapi juga potret kehangatan kehidupan pesisir yang autentik.
Kampung Nelayan yang Hidup dari Laut
Teluk Rubiah adalah kampung kecil di Muntok yang warganya sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Sejak fajar, mereka sudah berangkat melaut dengan perahu kayu sederhana, menantang ombak dan angin demi mencari rezeki.
Hasil tangkapan mereka ikan tenggiri, cumi, dan udang kemudian dijual di pasar tradisional atau langsung diolah menjadi makanan khas seperti kerupuk ikan yang gurih.
Namun lebih dari sekadar profesi, melaut bagi warga Teluk Rubiah adalah tradisi turun-temurun. Di kampung ini, laut bukan hanya sumber kehidupan, tetapi juga bagian dari identitas dan kebanggaan.
“Laut itu seperti keluarga,” kata Pak Ramli, seorang nelayan senior. “Dia bisa keras, tapi juga penuh kasih kalau kita tahu cara menghormatinya.”
Pesona Bahari yang Tersembunyi
Selain kehidupan nelayannya yang hangat, Teluk Rubiah juga menawarkan pemandangan alam yang memesona. Lautnya biru jernih dengan garis pantai panjang yang masih alami. Dari pantai, wisatawan bisa melihat aktivitas perahu yang hilir-mudik, menciptakan lanskap khas desa pesisir yang penuh warna.
Di sore hari, pemandangan di Teluk Rubiah berubah menakjubkan. Matahari perlahan tenggelam di balik bukit hijau, memantulkan cahaya keemasan di permukaan laut. Suara jangkrik mulai terdengar, dan kampung kecil ini kembali tenang setelah seharian penuh aktivitas.
Bagi fotografer dan pecinta alam, Teluk Rubiah adalah tempat sempurna untuk menangkap momen kehidupan pesisir yang masih alami tanpa polesan, tanpa rekayasa.
Baca Juga: Destinasi Wisata Liburan Keluarga di Bogor, Edupark, Peternakan Mini, dan Taman Asri
Budaya dan Kearifan Lokal
Warga Teluk Rubiah hidup dengan nilai-nilai gotong royong yang kuat. Saat salah satu perahu rusak, warga lain akan membantu memperbaikinya bersama-sama. Begitu juga ketika ada pesta laut tradisi tahunan untuk memanjatkan doa keselamatan kepada laut seluruh warga ikut berpartisipasi.
Tradisi ini menjadi simbol harmoni antara manusia dan alam. Mereka percaya bahwa laut harus dijaga, bukan dieksploitasi. Karenanya, banyak nelayan di Teluk Rubiah yang kini beralih menggunakan alat tangkap ramah lingkungan agar ekosistem laut tetap terjaga.
Selain itu, ibu-ibu di kampung ini juga aktif membuat olahan laut seperti sambal udang, terasi, dan abon ikan khas Teluk Rubiah yang kini mulai dikenal di pasaran lokal Bangka Barat.