BOGORINSIDER.com — Pagi itu, udara masih lembap setelah hujan semalam. Di halaman rumah mungil di Tanah Sareal, Rudi (35) sibuk memeriksa tanaman kangkung yang tumbuh di pipa-pipa paralon putih. Tangannya kotor oleh tanah, tapi wajahnya berbinar. “Setiap hari panen kecil, tapi rasanya besar,” katanya sambil tersenyum.
Pemandangan seperti ini kini menjadi hal biasa di Bogor. Di tengah keterbatasan lahan, warga mulai mengubah balkon, atap rumah, bahkan dinding tembok menjadi kebun hijau. Mereka menyebutnya urban farming cara baru menanam harapan di tengah kota yang sibuk.
Kebun di Balkon, Panen di Tengah Kota
Tren urban farming di Bogor melonjak sejak pandemi. Banyak warga yang awalnya hanya ingin mengisi waktu, kini menjadikannya gaya hidup.
Di kawasan Pajajaran, ibu rumah tangga membentuk komunitas Hijau dari Rumah. Mereka menanam sayur organik di pot bekas cat dan botol air mineral.
“Kami ingin makan sayur tanpa khawatir pestisida,” kata Tia, salah satu anggotanya. “Ternyata selain sehat, kegiatan ini juga bikin hati tenang.”
Selain di rumah, beberapa warga juga memanfaatkan lahan kosong milik pemerintah untuk kebun bersama. Mereka menanam cabai, tomat, dan bayam yang hasilnya dibagi untuk warga sekitar.
Baca Juga: Saat Pasar Tradisional Bogor Jadi Wajah Baru Ekonomi Hijau
Teknologi Bertemu Tanah
Bogor memang kota hujan, tapi ide-ide di kota ini mengalir lebih deras.
Di Cibinong, sekelompok mahasiswa IPB mengembangkan sistem smart farming sederhana menggunakan sensor kelembapan tanah dan aplikasi pengingat penyiraman. Dengan alat seharga kurang dari Rp100 ribu, warga bisa memantau kebun mereka lewat ponsel.
“Urban farming bukan lagi kegiatan tradisional,” kata Naufal, salah satu pengembang. “Ini bagian dari transformasi digital yang menyentuh kehidupan sehari-hari.”
Sistem ini kini digunakan oleh beberapa komunitas di perumahan dan sekolah untuk mengedukasi anak-anak tentang pentingnya bercocok tanam di kota.
Kebun Bersama yang Menguatkan Warga
Di kawasan Cimanggu, Kebun Kota Bogor menjadi contoh nyata kolaborasi warga dan komunitas lingkungan. Lahan kosong bekas parkir kini berubah menjadi taman produktif dengan sayuran, buah, dan tanaman herbal.
“Kami tidak hanya menanam tanaman, tapi juga kebersamaan,” ujar Hadi, koordinator kebun. “Setiap minggu, kami kumpul, masak hasil panen, dan saling bertukar cerita.”