Festival Budaya Wates 2025: Pesta Seni dan Kreativitas Anak Muda Kulon Progo

photo author
- Rabu, 29 Oktober 2025 | 16:02 WIB
Panggung megah di Festival Budaya Wates 2025 memadukan seni tradisi dan kreativitas anak muda Kulon Progo dalam satu harmoni yang hidup. (Foto/ Istimewa.)
Panggung megah di Festival Budaya Wates 2025 memadukan seni tradisi dan kreativitas anak muda Kulon Progo dalam satu harmoni yang hidup. (Foto/ Istimewa.)

BOGORINSIDER.com — Langit sore di Alun-Alun Wates berwarna jingga keemasan. Musik gamelan berpadu dengan hentakan drum modern, menciptakan harmoni yang tak biasa. Di tengah kerumunan warga, aroma sate, jajanan pasar, dan kopi robusta lokal menguar. Inilah suasana yang hanya bisa dirasakan di Festival Budaya Wates 2025, pesta rakyat yang merayakan semangat tradisi dan kreativitas anak muda Kulon Progo.

Setiap awal tahun, festival ini menjadi magnet bagi warga lokal maupun wisatawan dari luar daerah. Namun tahun ini, nuansa berbeda terasa lebih kuat. Pemerintah daerah bersama komunitas kreatif muda Wates berhasil menghadirkan konsep baru: “Tradisi yang Dihidupkan Kembali.”

Panggung Seni: Dari Tari Klasik hingga Musik Indie Lokal

Deretan panggung berdiri megah di sepanjang area alun-alun. Di satu sisi, kelompok tari tradisional menampilkan Tari Angguk, warisan khas Kulon Progo yang enerjik. Di sisi lain, band indie lokal tampil membawakan lagu-lagu bertema budaya, membuat penonton bergoyang dengan semangat yang sama bangga menjadi bagian dari Kulon Progo.

Salah satu penampil muda, Rama Aditya, mengaku bangga bisa ikut dalam festival tahun ini. “Biasanya kami tampil di kafe kecil atau acara kampus. Tapi kali ini kami satu panggung dengan para seniman tradisi. Rasanya seperti menyatukan masa lalu dan masa depan,” ujarnya dengan mata berbinar.

Festival ini memang tak sekadar hiburan, tetapi juga ruang perjumpaan lintas generasi. Para seniman sepuh dan anak muda berbagi panggung, saling belajar dan saling menginspirasi.

Baca Juga: Staycation di Wates: Menemukan Tenang di Penginapan Bernuansa Pedesaan Jawa

Pasar Tradisional: Merayakan Rasa dan Aroma Nusantara

Tak lengkap rasanya festival tanpa kuliner. Sepanjang jalan menuju panggung utama, puluhan pedagang UMKM lokal membuka lapak dengan gerobak kayu dan dekorasi klasik. Ada gethuk goreng, wedang uwuh, pecel, hingga es tape ketan hijau semuanya disajikan dengan cara tradisional.

Setiap sudut pasar menjadi ruang nostalgia. Anak-anak muda berswafoto di depan warung jadul, sementara wisatawan asing mencicipi klepon dengan antusias. Kehangatan interaksi itulah yang membuat Festival Budaya Wates terasa hidup, bukan sekadar acara tahunan, tetapi perayaan identitas.

Kreativitas Anak Muda Kulon Progo: Antara Seni dan Teknologi

Di area sisi timur alun-alun, berdiri deretan booth komunitas kreatif digital. Di sana, anak-anak muda menampilkan karya seni berbasis teknologi: mural interaktif, instalasi visual, dan pameran fotografi digital yang menggambarkan wajah modern Kulon Progo.

Komunitas “Wates Creative Hub” misalnya, memperkenalkan virtual gallery berisi lukisan-lukisan lokal yang bisa diakses lewat gawai. “Kami ingin memperlihatkan bahwa budaya tidak hanya tentang masa lalu, tapi juga tentang bagaimana kita memproyeksikannya ke masa depan,” kata Nadya Lestari, salah satu kurator muda festival.

Baca Juga: Dari Wates ke Laut Selatan: Sensasi Naik Kereta ke Pantai Glagah

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Faizal khoirul imam

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X