BOGORINSIDER.com --Tidak banyak kawasan kota yang mampu mempertahankan identitas lamanya di tengah arus modernisasi yang cepat. Kawasan Kota Lama Tangerang adalah salah satu yang berhasil melakukannya.
Setiap sudutnya menyimpan cerita, mulai dari rumah tua yang masih berdiri kokoh hingga aroma kuliner yang telah diwariskan sejak generasi sebelumnya.
Banyak orang datang ke sini bukan hanya untuk berwisata, tetapi juga untuk merasakan napas sejarah yang masih terasa dekat.
Ketika pertama kali memasuki kawasan ini, pengunjung sering merasakan atmosfer yang berbeda.
Baca Juga: Destinasi Wisata Kampung Canting Kauman, Wisata Edukatif yang Menghidupkan Batik Pekalongan
Jalanan yang lebih sempit, bangunan dengan arsitektur khas Tionghoa, serta ritual kecil masyarakat lokal yang masih dijaga dengan baik.
Semua itu membuat Kota Lama Tangerang bukan sekadar kawasan wisata, tetapi ruang budaya yang terus hidup. Sejarah panjangnya menjadi fondasi bagi identitas kawasan yang kini semakin populer sebagai Chinatown Tangerang.
Jejak Sejarah yang Bermula dari Perdagangan
Kisah Kota Lama Tangerang tidak bisa dipisahkan dari interaksi masyarakat Tionghoa yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu. Dahulu wilayah ini menjadi salah satu jalur perdagangan penting di tepi Sungai Cisadane.
Pedagang dari berbagai daerah datang membawa barang dagangan, dan masyarakat Tionghoa memilih menetap karena melihat potensinya sebagai tempat strategis untuk bermukim dan berusaha.
Baca Juga: Anti Jebol Dompet, Nikmati Wisata Menatap Langit dari Puncak Tugu Petungkriyono Negeri di Atas Kabut
Seiring berjalannya waktu, komunitas Tionghoa di Tangerang berkembang pesat. Mereka membangun rumah, membuka usaha, dan membentuk sebuah kawasan pemukiman yang kuat secara budaya.
Kehadiran mereka bukan hanya memperkaya ekonomi lokal, tetapi juga meninggalkan jejak budaya yang masih terlihat hingga sekarang.
Banyak bangunan lama yang mempertahankan ornamen khas Tionghoa seperti pintu merah, jendela kayu besar, dan atap yang melengkung.