BOGORINSIDER.com --Pagi belum sepenuhnya terjaga saat embun menetes perlahan dari dedaunan di perbukitan Kajen.
Di kejauhan, cahaya jingga mulai menembus kabut tipis. Dari atas Bukit Pawuluhan, matahari muncul malu-malu, seolah ingin menyapa lebih lembut hari yang baru.
Di tempat ini, waktu berjalan pelan, dan setiap helaan napas terasa seperti hadiah.
Bukit yang Mengajarkan Arti Tenang
Bukit Pawuluhan terletak di Desa Lambur, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan.
Jaraknya sekitar 30 kilometer dari pusat kota Kajen. Perjalanan menuju bukit ini tidak panjang, tapi penuh cerita.
Baca Juga: Jelajahi Wisata Ketika Warna dan Warisan Bertemu di Museum Batik Pekalongan
Jalan menanjak berliku di antara hutan pinus, udara segar yang menusuk kulit, dan sesekali terdengar suara burung yang menandakan kehidupan alami di sekitarnya.
Sesampainya di puncak, pandangan terbuka luas ke segala arah. Hamparan awan tipis menggulung di bawah kaki, seperti laut putih yang tenang.
Inilah alasan banyak orang menyebut Pawuluhan sebagai “negeri di atas awan Pekalongan”.
Saat matahari muncul perlahan dari balik pegunungan Dieng, semburat oranye dan keemasan menyapu langit, menciptakan momen yang nyaris spiritual.
Baca Juga: Gak Perlu Ke Lombok, Liburan Seru di Pantai Pasir Kencana, Ikon Wisata Laut Pekalongan
Sunrise dan Suara Alam yang Tak Pernah Bohong
Pawuluhan adalah surga kecil bagi pencinta sunrise. Banyak pengunjung memilih datang sekitar pukul 04.30 pagi untuk mendaki bukit sebelum fajar. Jalurnya tidak terlalu berat, hanya sekitar 20–30 menit berjalan kaki dari area parkir. Tapi begitu sampai di puncak, semua lelah seolah terbayar lunas.
Suara angin, gemerisik dedaunan, dan aroma tanah basah berpadu menjadi simfoni alam yang menenangkan. Saat kabut perlahan terangkat, tampak deretan rumah penduduk kecil di kejauhan, berwarna keemasan disapu cahaya pagi.
Banyak fotografer datang hanya untuk menangkap detik-detik ini saat matahari menembus kabut dan mengubah lanskap menjadi kanvas alam.