destinasi-wisata

Destinasi Wisata Budaya ke Kampung Baduy Luar, Belajar Kesederhanaan dari Leluhur di Banten

Rabu, 5 November 2025 | 20:48 WIB
Langkah kaki menuju Kampung Baduy adalah perjalanan pulang menuju kesederhanaan dan keseimbangan hidup. Foto/Bogorinsider.com ( Foto/Bogorinsider.com)

BOGORINSIDER.com --Di balik gemerlap kota modern dan hiruk pikuk kehidupan digital, masih ada tempat di Indonesia yang berjalan dengan ritme berbeda.

Sebuah dunia yang tenang, penuh kesederhanaan, dan sangat menghormati alam. Tempat itu bernama Kampung Baduy, terletak di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten.

Kampung ini terbagi menjadi dua bagian besar Baduy Dalam dan Baduy Luar. Bagi wisatawan, Baduy Luar adalah gerbang pertama untuk mengenal kehidupan masyarakat adat yang menjaga warisan leluhur tanpa tersentuh modernisasi berlebihan.

Perjalanan Menuju Tanah yang Tenang

Perjalanan ke Kampung Baduy Luar bukan sekadar wisata, melainkan perjalanan batin. Dari Kota Rangkasbitung, perjalanan darat menuju Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, memakan waktu sekitar dua jam melewati jalan berkelok dan pemandangan hutan.

Baca Juga: Cukup Membayar Uang Parkir, Destinasi Wisata Religi Banten Lama Ziarah dan Jejak Sejarah Islam di Serang

Setibanya di sana, kendaraan hanya bisa sampai di titik terakhir, yakni di Ciboleger. Dari sinilah perjalanan kaki dimulai. Jalan setapak tanah liat yang membelah hutan akan membawa pengunjung ke kampung-kampung Baduy. Suara air sungai, gesekan daun, dan langkah kaki menjadi irama alami yang menenangkan.

Kehidupan Baduy Luar yang Sederhana

Masyarakat Baduy Luar hidup dalam kesederhanaan yang mengagumkan. Rumah mereka berdinding bilik bambu dan beratap ijuk, berdiri rapi di atas perbukitan hijau. Tidak ada listrik, televisi, atau sinyal ponsel. Namun, wajah mereka selalu tenang dan ramah, seolah menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak harus bergantung pada teknologi.

Para lelaki mengenakan pakaian hitam dengan ikat kepala putih, sementara perempuan mengenakan kain tenun hasil karya tangan sendiri. Mereka bertani di ladang, menanam padi huma, dan hidup dari hasil bumi. Setiap kegiatan dilakukan dengan prinsip keseimbangan: tidak merusak hutan, tidak mengambil lebih dari yang dibutuhkan.

Seorang warga Baduy bernama Ayah Sarta pernah berkata, “Kami bukan menolak dunia luar. Kami hanya menjaga agar alam dan manusia tetap seimbang.” Kalimat itu sederhana, tapi maknanya dalam seolah menampar kesadaran kita tentang arti kemajuan.

Pengalaman Wisata yang Otentik

Berkunjung ke Kampung Baduy Luar bukan seperti wisata biasa. Tak ada resort atau wahana buatan. Yang ada hanyalah kehidupan sehari-hari masyarakat adat yang bisa disaksikan dari dekat.

Wisatawan bisa menginap di rumah warga, makan bersama keluarga Baduy, dan ikut serta dalam aktivitas seperti menenun, bertani, atau menimba air di sungai. Malam hari, suasana sunyi hanya diiringi suara jangkrik dan desir angin.

Beberapa rumah menyediakan tempat tidur sederhana dengan tikar dan bantal tipis. Namun, pengalaman tidur tanpa lampu di tengah hutan memberi ketenangan yang sulit ditemukan di kota.

Bagi fotografer dan pencinta budaya, setiap sudut Kampung Baduy adalah potret keindahan: anak-anak bermain di sungai, perempuan menenun di beranda, dan lelaki berjalan membawa hasil panen. Semua tampak alami, tulus, dan apa adanya.

Baca Juga: Hanya 15k Destinasi Wisata Gunung Pinang, Tempat Healing dan Petualangan Seru di Banten

Halaman:

Tags

Terkini