Daya Tarik Alam yang Sederhana
Selain sunrise, Bukit Cilik juga menawarkan pemandangan indah di siang hari. Dari puncak, terlihat perkampungan kecil di bawah dengan sawah berundak yang menawan. Beberapa wisatawan memilih datang sore hari untuk menikmati angin lembut dan cahaya senja yang jatuh di pepohonan jati.
Jika beruntung, suara burung prenjak dan elang kecil bisa terdengar dari kejauhan. Di sisi barat bukit, terdapat area datar yang sering digunakan anak muda untuk berkemah. Saat malam tiba, langit di atas Bukit Cilik berubah menjadi kanvas luas bertabur bintang momen langka yang jarang bisa dinikmati di kota.
Wisata Baru, Harapan Baru
Bagi masyarakat sekitar, Bukit Cilik bukan hanya tempat indah, tapi juga peluang ekonomi baru. Pemuda desa mulai membuka jasa pemandu dan warung kecil. Mereka menyadari, wisata alam bisa menjadi cara menjaga lingkungan sekaligus menambah penghasilan.
“Dulu tempat ini sepi,” kata Lestari, pemilik warung kecil di bawah bukit. “Sekarang tiap minggu selalu ada yang datang, bahkan dari luar kota.”
Warga pun bekerja sama menjaga kebersihan dan keasrian area. Mereka menolak pembangunan besar-besaran dan lebih memilih konsep wisata alami berbasis komunitas.
Menutup Hari di Bukit Cilik
Saat matahari mulai turun, Bukit Cilik kembali hening. Angin membawa aroma dedaunan, dan cahaya senja berwarna oranye keemasan menyelimuti seluruh perbukitan. Banyak pengunjung yang memilih duduk diam, menatap langit tanpa kata-kata. Di momen seperti ini, Rembang terasa begitu damai jauh dari hiruk pikuk, dekat dengan alam dan diri sendiri.
Bukit Cilik bukan sekadar tempat melihat matahari terbit. Ia adalah ruang untuk menenangkan hati, untuk mengingat bahwa keindahan sejati sering kali tersembunyi di tempat yang sederhana, menunggu untuk ditemukan dengan langkah pelan dan mata terbuka.