BOGORINSIDER.com — Pagi di pesisir Lasem selalu punya cara tersendiri untuk membuat siapa pun terdiam sejenak. Sinar mentari muncul perlahan dari balik bukit kecil di timur, memantulkan warna keemasan di atas permukaan laut yang tenang. Tidak ada hiruk pikuk kota, hanya deru ombak kecil dan suara burung camar yang sesekali menukik di antara perahu nelayan. Inilah wajah baru Lasem, bagian dari Rembang yang mulai bangkit lewat pesona wisata baharinya.
Menemukan Kembali Laut yang Hampir Terlupa
Selama bertahun-tahun, nama Lasem lebih sering diingat karena batiknya yang khas dan sejarah akulturasi budaya Tionghoa–Jawa yang mendalam. Namun, di balik gang-gang sempit dan rumah-rumah tua, ada laut luas yang seolah menunggu untuk kembali diperhatikan. Warga sekitar menyebutnya sebagai “laut yang sabar,” karena meski sempat sepi dari kunjungan wisatawan, ia tetap indah dengan caranya sendiri.
Beberapa tahun terakhir, geliat wisata bahari di pesisir Rembang mulai terasa. Pantai-pantai seperti Caruban, Binangun, dan Wates menjadi titik awal kebangkitan. Tapi di Lasem, cerita ini terasa lebih personal. Lautnya biru muda, pasirnya halus, dan masyarakatnya mulai sadar bahwa wisata bukan hanya tentang keindahan, tetapi juga tentang kebersamaan dan menjaga alam.
Baca Juga: Ombak Bono Sungai Kampar, Fenomena Alam Langka yang Bikin Penasaran Dunia
Pagi di Dermaga Lasem
Menyusuri dermaga kecil Lasem di pagi hari adalah pengalaman yang sederhana tapi penuh makna. Bau garam bercampur aroma kayu basah dari perahu nelayan yang baru bersandar. Beberapa warga menjemur jaring, sementara anak-anak berlarian di sepanjang bibir pantai. Di sisi lain, terlihat seorang bapak tua duduk di atas perahu dengan tenang, menatap laut seolah sedang berbincang dengan masa lalu.
Bagi para pelancong yang datang ke sini, suasana itu menjadi daya tarik tersendiri. Tidak ada kafe modern atau hotel megah, tetapi justru kesederhanaan itu yang membuatnya berharga. Di tengah arus pariwisata cepat dan instan, Lasem menawarkan keheningan yang langka.
Menjelajahi Karang Jahe dan Pasir Putih di Timur Rembang
Tak jauh dari pusat Lasem, sekitar 30 menit perjalanan, ada Pantai Karang Jahe yang mulai dikenal luas. Di sinilah laut Rembang menampilkan wajah terbaiknya: jernih, bersih, dan berhiaskan ribuan pohon cemara laut di sepanjang tepian. Banyak wisatawan datang untuk berfoto di antara batang cemara yang menjulang, seolah berada di dunia yang lain.
Namun, keindahan Karang Jahe hanyalah sebagian dari kisah bahari Rembang. Di beberapa titik di Lasem, warga mulai mengembangkan wisata perahu kecil untuk menjelajahi gugusan karang dangkal yang tampak saat air surut. Air laut yang tenang memungkinkan siapa pun bahkan anak-anak untuk bermain di tepian tanpa rasa khawatir. Saat senja, langit Lasem berubah oranye keemasan, menciptakan panorama yang sulit dilupakan.
Cerita dari Nelayan dan Harapan yang Tumbuh
Pak Sukandar, seorang nelayan tua di pesisir Lasem, bercerita bahwa dulu tak banyak orang datang untuk berwisata. “Dulu laut ini hanya untuk mencari ikan. Sekarang banyak anak muda datang foto-foto, kadang beli ikan langsung dari perahu. Kami senang, karena laut jadi ramai lagi,” katanya sambil menata jaring.
Kebangkitan wisata bahari memang membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar. Beberapa keluarga kini membuka warung sederhana, menyediakan kelapa muda, es dawet, atau hasil laut bakar untuk pengunjung. Anak-anak muda Lasem pun mulai berperan sebagai pemandu lokal, menunjukkan spot-spot foto terbaik, sekaligus menjaga agar pantai tetap bersih. Semua berjalan alami, tanpa perlu gedung tinggi atau fasilitas mewah.