Semangat kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan startup membuat Bogor berbeda. Ini bukan hanya tentang teknologi, tapi tentang mengubah budaya hidup.
Baca Juga: Dari Kompos Hingga Sepeda Lipat: Gerakan Hijau Warga Bogor
Kampus dan Sekolah Turut Bergerak
IPB University, sebagai pusat inovasi di kota ini, juga berperan penting. Mahasiswa fakultas teknologi pertanian menciptakan sistem smart compost bin yang bisa memantau kadar kelembapan dan suhu kompos melalui aplikasi ponsel.
Di sekolah-sekolah, program Eco Digital Class diperkenalkan untuk mengajarkan anak-anak tentang daur ulang melalui permainan edukatif berbasis augmented reality (AR).
“Anak-anak jadi belajar menjaga bumi sambil bermain,” kata guru SD Negeri Tanah Sareal.
Langkah-langkah ini memperlihatkan bagaimana pendidikan, inovasi, dan teknologi dapat berjalan bersama demi masa depan yang lebih hijau.
Kota Hujan di Era Digital Hijau
Kota Bogor kini bukan sekadar kota dengan taman indah dan udara sejuk. Ia sedang berubah menjadi laboratorium hidup, tempat manusia, teknologi, dan alam saling terhubung.
Dari aplikasi pelaporan sampah hingga sensor sungai, dari startup hijau hingga edukasi digital, semuanya mengarah pada satu tujuan: menciptakan kota yang tidak hanya cerdas, tapi juga peduli.
Seperti kata Rafi, “Teknologi itu netral. Tapi ketika kita menggunakannya untuk menjaga bumi, ia bisa jadi alat perubahan yang paling manusiawi.”
Bogor membuktikan bahwa masa depan hijau tidak harus menunggu. Ia sedang tumbuh hari ini pelan, tapi pasti, di tengah rintik hujan yang terus menyapa.