BOGORINSIDER.com --Pagi itu, aroma kopi bercampur udara laut terasa lembut di sepanjang jalan berbatako yang rapi.
Langit Semarang masih berwarna keemasan saat langkah kaki membawa kita ke kawasan Kota Lama Semarang tempat di mana masa lalu dan masa kini berdialog dalam harmoni yang tenang.
Di sini, setiap bangunan, setiap jendela tua, bahkan setiap retakan dinding, menyimpan kisah tentang waktu.
Kawasan ini berdiri megah di Jl. Letjen Suprapto, Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, dan sering dijuluki sebagai “Little Netherlands” karena arsitekturnya yang bergaya Eropa klasik.
Baca Juga: Dari Rel Kereta hingga Wisata Heritage, Destinasi Wisata Semarang Daya Tarik Lawang Sewu
Namun, Kota Lama bukan sekadar museum terbuka; ia adalah ruang hidup yang terus bernapas bersama masyarakat modern.
Jejak Eropa di Tengah Jawa
Kota Lama Semarang lahir dari masa kejayaan perdagangan pada abad ke-17, ketika Belanda menjadikan Semarang sebagai pelabuhan utama di pesisir utara Jawa. Kawasan ini menjadi pusat administrasi, ekonomi, dan sosial bagi para pedagang Eropa dan pribumi.
Bangunan-bangunan seperti Gereja Blenduk, Gedung Marba, dan Kantor Pos Tua menjadi saksi bagaimana arsitektur kolonial berpadu dengan budaya lokal. Ciri khasnya jelas terlihat — dinding tebal, jendela besar, dan atap tinggi — semua dirancang untuk menyesuaikan iklim tropis, namun tetap mempertahankan kemegahan Eropa.
Saat berjalan di trotoar batu yang bersih, terasa seolah waktu melambat. Deru kendaraan kota perlahan hilang, berganti suara langkah sepatu dan tawa wisatawan yang sibuk mengabadikan momen.
Dari Kota Mati Menjadi Ikon Pariwisata
Tak banyak yang tahu, Kota Lama pernah nyaris terlupakan. Di awal 1990-an, kawasan ini sepi dan ditinggalkan, beberapa bangunan bahkan nyaris runtuh. Namun berkat inisiatif warga, pemerintah, dan komunitas kreatif, kawasan ini bangkit menjadi destinasi wisata yang menawan.
Kini, jalan-jalan di Kota Lama dipenuhi kafe tematik, galeri seni, butik vintage, dan ruang pamer kreatif. Di malam hari, lampu-lampu jalan menyala lembut, memantulkan cahaya ke dinding tua dan menghadirkan suasana romantis yang sulit ditemukan di tempat lain.
Kota Lama bukan sekadar destinasi sejarah; ia telah berubah menjadi kanvas hidup tempat seni, musik, dan budaya lokal saling berpadu.
Gereja Blenduk: Simbol Abadi di Tengah Kota
Tak lengkap berkunjung ke Kota Lama tanpa berhenti di Gereja Blenduk, ikon yang telah berdiri sejak tahun 1753. Kubah besarnya yang berwarna tembaga terlihat menonjol dari kejauhan. Nama “Blenduk” sendiri berasal dari bentuk atapnya yang melengkung seperti kubah.
Baca Juga: Wisata dengan Keindahan Alam dan Edukasi Geologi di Taman Batu Purwakarta
Artikel Terkait
Menemukan Ketenangan di Wisata Purwakarta Kampung Panenjoan, Surga Hijau Membawa Ketenangan
Rahasia Keindahan Wisata Curug Cipurut, Permata Tersembunyi di Purwakarta Pelarian dari Hiruk-Pikuk Kota.
Menginap di Wisata Glamping Lakeside Jatiluhur Purwakarta, Antara Misteri Alam dan Gaya Hidup Modern
Keajaiban Destinasi Wisata Malam di Taman Sri Baduga Purwakarta, Ketika Air dan Cahaya Menari
Destinasi Wisata Bale Panyawangan, Museum Digital yang Hidupkan Kembali Budaya Sunda Purwakarta