BOGORINSIDER.com — Sore di pesisir Rembang selalu identik dengan aroma laut dan suara ombak yang berkejaran. Tapi di sela-sela itu, ada aroma lain yang tak kalah menggoda: bau ikan bakar yang baru diangkat dari bara dan kuah santan panas dari warung Lontong Tuyuhan. Di sinilah, antara pantai dan jalan, kisah kuliner khas Rembang menunggu untuk dicicipi sederhana, tapi penuh karakter.
Lontong Tuyuhan: Cita Rasa Legendaris dari Rembang
Hampir setiap orang yang pernah melintas di Rembang pasti mendengar nama Lontong Tuyuhan. Kuliner ini berasal dari Desa Tuyuhan, Kecamatan Pancur, dan sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Sekilas, lontong ini mirip opor ayam, tetapi ada sentuhan rasa yang membuatnya berbeda.
Kuahnya kental berwarna kuning pekat, berasal dari santan dan rempah yang dimasak perlahan. Daging ayam kampungnya empuk, berpadu dengan lontong padat yang menyerap kuah hingga ke dalam.
Yang membuatnya unik adalah aroma daun salam dan lengkuas yang kuat, serta sambal bawang khas Tuyuhan yang pedas dan harum.
Di warung sederhana milik Bu Pah, pengunjung datang silih berganti sejak pagi.
“Resep ini dari ibu saya,” katanya sambil menuang kuah panas ke piring. “Bumbunya harus diulek, tidak boleh diblender. Kalau diblender, rasanya jadi beda.”
Kalimat itu terdengar sederhana, tapi di sanalah letak rahasia kuliner pesisir: kesabaran dan cinta pada proses.
Baca Juga: Petualangan Menuju Watu Congol: Keindahan yang Belum Banyak Dikenal
Menjelajah Pasar Ikan di Pagi Hari
Jika ingin merasakan denyut kehidupan pesisir Rembang, datanglah ke pasar ikan di Pelabuhan Rembang pada pagi hari. Saat matahari baru muncul, para nelayan mulai menurunkan hasil tangkapan malam: cumi, tongkol, udang, dan kakap. Suara tawa dan tawar-menawar memenuhi udara asin di tepi laut.
Di salah satu sudut pasar, ada warung kecil bernama Warung Mbok Darmi, yang sejak pagi sudah menyalakan tungku arang. Di sana, ikan segar langsung dibakar tanpa banyak bumbu hanya garam, kecap, dan sedikit sambal tomat. Tapi justru kesederhanaannya yang membuat rasa ikan itu begitu jujur, mengingatkan kita pada laut yang menjadi sumber kehidupannya.
Ikan Bakar Lasem: Cita Rasa Tradisi yang Tak Pernah Hilang
Lasem, yang dikenal dengan sejarah dan batiknya, juga punya kuliner laut yang khas. Di sepanjang jalan dekat pelabuhan tua, deretan warung ikan bakar mulai buka sejak sore. Aroma ikan yang dipanggang di atas arang bercampur dengan angin laut, menciptakan suasana yang sulit ditolak.
Salah satu yang paling terkenal adalah warung milik Pak Rofiq, yang sudah berjualan sejak 1990-an. “Ikan di sini langsung dari perahu,” ujarnya sambil membalik ikan di atas bara. “Dari laut ke bara, tidak sampai satu jam.”
Bumbunya sederhana hanya bawang putih, ketumbar, garam, dan perasan jeruk nipis tapi saat daging ikan mulai terpanggang, rasa gurih alaminya keluar sempurna. Disajikan dengan nasi putih hangat, sambal kecap, dan lalapan timun, sensasinya tak tergantikan.
Kopi dan Cerita di Tepi Pantai
Setelah kenyang, tidak lengkap rasanya tanpa duduk sejenak di warung kopi di tepi Pantai Caruban. Di sana, pengunjung bisa menikmati kopi hitam lokal dengan suara ombak sebagai latar musik alami.
Beberapa nelayan duduk santai sambil berbincang tentang cuaca dan hasil tangkapan. Anak-anak bermain bola di pasir, sementara aroma ikan bakar masih terasa di udara.
Artikel Terkait
Istana Maimun, Destinasi Wisata dengan Menikmati Simbol Kejayaan Melayu Deli di Tengah Kota Medan
Destinasi Wisata Danau Siombak Medan, Pesona Tenang di Tengah Hiruk Pikuk Kota
Menyelami Destinasi Wisata Dunia Satwa di Rahmat Gallery Medan, Museum Fauna Terbesar di Asia Tenggara
Liburan Ala Eropa di Destinasi Wisata Merci Barn, Spot Instagramable Terbaru di Medan
Petualangan Seru di Kampung Ladang, Destinas Wisatai Outbound Paling Hits Dekat Medan