BOGORINSIDER.com -- China berhasil menunjukkan kemajuan besar dalam merehabilitasi Gurun Taklimakan, gurun terbesar dan terapung kedua di dunia yang terletak di wilayah Xinjiang.
Melalui proyek penghijauan masif sejak 1978 yang bernama “Program Hutan Sabuk Penampungan Tiga Utara,” China berupaya mengatasi dampak buruk penggurunan.
Proyek ini dirancang untuk selesai pada tahun 2050 dan telah menjelma menjadi “Tembok Hijau Besar” (Green Great Wall), yang membentang lebih dari 2.700 km dan menghubungkan oasis di sekitar Taklimakan.
Baca Juga: Gedung Feiyang di China Jadi Markas Perdagangan iPhone Hasil Curanmor Global
Tujuan utama dari program ini adalah untuk meminimalkan erosi dan melawan penyebaran pasir gurun yang mengancam pemukiman, lahan pertanian, dan ekosistem.
Gurun Taklimakan sendiri memiliki luas sekitar 337.600 km² dan telah menimbulkan kerusakan lingkungan selama beberapa dekade, termasuk menutup jalan dan menenggelamkan sungai.
Namun kini, sabuk hijau secara bertahap mengelilingi gurun tersebut, hanya menyisakan beberapa area sulit di bagian pinggir yang masih ditangani.
Di wilayah Hotan, khususnya Kabupaten Minfeng, pendekatan modern diterapkan. Para pekerja menggunakan buldoser untuk meratakan permukaan pasir, lalu memasang sistem irigasi tetes dan menanam tanaman tahan kering seperti tamariska.
Teknologi penghalang pasir dan sistem pertanian berbasis energi surya atau photovoltaic-agriculture digunakan untuk mengurangi kecepatan angin serta memperkuat struktur tanah.
Kombinasi pertanian dan pembangkit listrik tenaga surya ini tidak hanya menghijaukan lahan, tetapi juga menyediakan energi bersih.
Baca Juga: Apple Turunkan Harga iPhone 16 di China untuk Saingi Produk Lokal
Luo Aike, Wakil Direktur Biro Kehutanan dan Padang Rumput Prefektur Hotan, menegaskan bahwa pendekatan integratif ini merupakan model baru dalam pengendalian gurun.
Selain itu, China juga mengembangkan robot pintar yang dapat secara otomatis menanam bibit di padang pasir, menggantikan tenaga manusia dalam proses yang lebih cepat dan efisien.
Sementara itu, Arab Saudi juga melakukan eksperimen serupa. Pada tahun 2022, para ilmuwan dari King Abdullah University of Science and Technology (KAUST) berhasil menciptakan teknologi inovatif yang memanfaatkan udara untuk menghasilkan air dan listrik secara bersamaan.
Sistem ini terdiri dari panel surya fotovoltaik di atas lapisan hidrogel yang menyerap uap air dari udara. Air hasil kondensasi kemudian digunakan untuk menyirami tanaman.