Baca Juga: China Berhasil Ciptakan Chip 5nm Tanpa EUV, Menang Atas Sanksi AS
Sebagai hasil dari investasi besar dan kerja keras dalam mengembangkan teknologi domestik, China akhirnya berhasil menciptakan ekosistem militer yang sepenuhnya mandiri, memungkinkan mereka untuk memproduksi J-10 tanpa ketergantungan pada negara lain.
Keberhasilan ini menunjukkan kemampuan China untuk belajar dari negara lain dan mengatasi keterbatasan teknologi yang mereka hadapi.
Puncak dari perjalanan panjang ini adalah ketika pada 7 Mei 2025, J-10C, varian terbaru dari jet tempur ini, terlibat dalam pertempuran udara pertama kalinya, saat jet tempur Pakistan menembak jatuh pesawat Rafale India yang canggih.
Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa perjuangan China untuk mengembangkan jet tempur domestik bukanlah usaha yang sia-sia. Dengan pencapaian ini, China kini berada di jajaran negara-negara dengan kekuatan militer udara yang sangat tangguh.
Mauro Gilli, seorang periset dari Center for Security Studies of the Swiss Federal Institute of Technology, menyatakan bahwa China tidak pernah benar-benar memiliki pilihan selain berinvestasi besar untuk mengembangkan pesawat tempur mereka sendiri.
Meskipun awalnya terhambat oleh keterbatasan teknologi, sekarang J-10 diproduksi sepenuhnya di China, dengan teknologi yang berasal dari berbagai negara yang mereka pelajari dan sesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Dengan pencapaian ini, pertanyaan tentang seberapa besar kontribusi teknologi baru China dalam J-10 menjadi tidak relevan.
Gilli menyatakan bahwa persentase teknologi China dalam J-10 sudah mencapai 100%, yang berarti pesawat tempur ini kini sepenuhnya buatan dalam negeri.
Ini menunjukkan bagaimana China berhasil mengatasi tantangan besar dan bertransformasi menjadi salah satu kekuatan militer terbesar di dunia.