BOGORINSIDER.com --Dari jalan setapak yang lembap dan udara pegunungan yang sejuk, terdengar gemuruh lembut yang makin lama makin jelas. Beberapa langkah lagi, kabut air mulai terasa di wajah.
Lalu tiba-tiba, di depan mata terbentang pemandangan megah: air terjun setinggi sekitar 70 meter menuruni tebing batu hijau lumut. Itulah Curug Bajing permata alam tersembunyi di tengah hutan tropis Petungkriyono, Pekalongan.
Alam yang Masih Murni di Jantung Pegunungan
Curug Bajing terletak di Desa Tlogopakis, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan. Untuk mencapainya, dibutuhkan perjalanan sekitar 1,5 jam dari pusat Kota Pekalongan.
Baca Juga: Nikmati Pesona Wisata Pekalongan Bukit Pawuluhan, Damai, Dingin Bak Negeri di Atas Awan
Meski jalannya berkelok dan menanjak, setiap kilometer terasa menyenangkan. Udara semakin sejuk, pohon semakin rapat, dan suara sungai mulai terdengar di sela pepohonan.
Petungkriyono memang dikenal sebagai wilayah dengan tutupan hutan terbaik di Jawa Tengah. Di sini, alam masih bicara dalam bahasa yang jujur angin, gemericik air, dan nyanyian serangga hutan.
Curug Bajing menjadi representasi paling indah dari kekayaan itu. Airnya jatuh bebas dari tebing tinggi, membentuk kolam alami berwarna hijau kebiruan di bawahnya.
Tak banyak yang tahu, nama “Bajing” diambil dari cerita rakyat setempat. Konon dahulu sering terlihat bajing (sejenis tupai) bermain di pepohonan sekitar air terjun. Mereka menjadi simbol keindahan dan kelincahan alam Petungkriyono. Dari sanalah nama “Curug Bajing” melekat hingga kini.
Baca Juga: Jelajahi Wisata Ketika Warna dan Warisan Bertemu di Museum Batik Pekalongan
Warga sekitar percaya, siapa pun yang datang ke sini dengan hati tenang akan merasa damai dan segar kembali. Mungkin karena suasananya begitu alami—tak ada hiruk pikuk kota, hanya suara alam yang berpadu dengan kesejukan udara pegunungan.
Air Terjun dan Kabut yang Menyembuhkan
Bagi pecinta fotografi, Curug Bajing adalah surga tersendiri. Dari sudut mana pun, pemandangannya selalu memukau. Pagi hari adalah waktu terbaik untuk berkunjung.
Sinar matahari menembus pepohonan dan membentuk kabut lembut di sekitar air terjun.
Saat itu, kolam di bawahnya tampak berkilau seperti kaca, memantulkan warna langit dan pepohonan di sekitarnya.
Banyak pengunjung yang duduk lama di tepi batu besar, hanya untuk menikmati suara air jatuh dan hembusan angin lembut. Rasanya seperti meditasi alami—tidak butuh musik, tidak butuh kata-kata. Alam berbicara dengan caranya sendiri.