BOGORINSIDER.com — Jauh di jantung pegunungan Sulawesi Barat, berdiri sebuah kabupaten kecil dengan pesona besar: Mamasa. Dikelilingi oleh hamparan bukit hijau, kabut pagi, dan rumah adat berbentuk tanduk kerbau, Mamasa sering disebut “Toraja-nya Sulawesi Barat.” Namun bagi warga setempat, Mamasa bukan sekadar tiruan ia adalah kisah asli tentang tradisi, spiritualitas, dan harmoni dengan alam.
Kabut Pagi dan Keheningan Pegunungan
Memasuki Mamasa, udara langsung berubah sejuk. Jalan berliku membelah perbukitan, sementara kabut menggantung lembut di atas sawah dan lembah. Di kejauhan, rumah-rumah adat Banua berdiri megah dengan atap melengkung khas, menciptakan siluet yang menenangkan mata.
Pagi hari di Mamasa terasa magis. Suara ayam, deru angin, dan gemericik sungai berpadu menciptakan harmoni alam yang jarang ditemukan di daerah lain. Di sini, kehidupan berjalan pelan, seolah waktu memberi ruang bagi setiap napas dan doa.
Baca Juga: Menyusuri Hutan Menuju Air Terjun Indo Rannuang yang Menawan
Jejak Budaya dan Tradisi Leluhur
Mamasa memiliki akar budaya yang dalam. Tradisinya berakar dari kepercayaan Aluk Todolo, sistem spiritual yang menghormati roh leluhur dan keseimbangan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Setiap rumah adat biasanya memiliki tempat ritual dan simbol-simbol ukiran yang menggambarkan perjalanan hidup manusia.
Salah satu tradisi paling dikenal adalah Rambu Solo’ Mamasa, upacara kematian yang menjadi bentuk penghormatan terakhir bagi orang yang meninggal. Walau memiliki kesamaan dengan Toraja, prosesi di Mamasa punya ciri khas sendiri lebih sederhana namun sarat makna spiritual.
Selain itu, ada pula Rambu Tuka’, upacara syukur setelah panen. Warga mengenakan pakaian adat warna merah dan emas, menari diiringi musik bambu tradisional, dan berbagi makanan bersama seluruh kampung. Tradisi ini memperlihatkan semangat gotong royong dan rasa syukur yang masih hidup di tengah masyarakat modern.
Alam yang Menyatu dengan Budaya
Keindahan Mamasa bukan hanya pada budayanya, tapi juga pada lanskap alam yang menakjubkan. Perbukitan hijau membentang sejauh mata memandang, sungai-sungai jernih mengalir di antara lembah, dan kabut tipis menari di pagi hari.
Salah satu tempat yang wajib dikunjungi adalah Puncak Saluopa, titik pandang alami di mana pengunjung bisa melihat hamparan lembah Mamasa dari ketinggian. Saat matahari terbit, cahaya keemasan menyinari kabut yang menggantung di atas desa pemandangan yang seperti lukisan hidup.
Selain itu, Lembah Sumarorong menawarkan panorama sawah bertingkat dengan latar pegunungan biru. Banyak wisatawan lokal yang datang untuk berfoto, bersepeda, atau sekadar menikmati kopi hangat di rumah penduduk.
Baca Juga: Eksotisme Pulau Karampuang, Surga Tersembunyi di Mamuju