Baca Juga: Menemukan Pesona Tersembunyi Teluk Bima, Intan Biru di Nusa Tenggara
Dari Bencana ke Kebangkitan
Tidak banyak tempat di dunia yang mampu bangkit seindah Tambora. Setelah letusannya memusnahkan kehidupan, tanah di sekitarnya justru berubah menjadi subur. Kini, lahan pertanian dan perkebunan tumbuh pesat, sementara hutan tropis di kaki gunung menjadi rumah bagi berbagai flora dan fauna endemik.
Ekosistem ini menjadi daya tarik bagi para peneliti dan pecinta alam. Banyak spesies burung, kupu-kupu, dan tanaman langka ditemukan kembali di kawasan Tambora. Bahkan sebagian ilmuwan menyebut kawasan ini sebagai “laboratorium alami” yang menunjukkan kemampuan alam untuk memulihkan diri.
Dalam konteks sosial, masyarakat Bima dan Dompu juga belajar dari sejarah Tambora. Mereka memaknai bencana bukan sebagai akhir, tetapi sebagai awal dari bab baru kehidupan. Kini, generasi muda mulai aktif mempromosikan Tambora lewat media sosial dan kegiatan ekowisata ramah lingkungan.
Gunung Tambora bukan hanya tempat bagi pendaki yang mencari tantangan, tetapi juga ruang refleksi tentang hubungan manusia dan alam. Di balik kisah mistis dan sejarah kelamnya, Tambora menyimpan pelajaran tentang keteguhan, adaptasi, dan kebangkitan.
Ketika matahari terbit di atas kaldera, warna oranye berpadu dengan biru laut di kejauhan, menciptakan pemandangan yang nyaris tak terlukiskan. Di momen itu, setiap orang yang berdiri di puncak Tambora seolah mengerti pesan abadi dari gunung ini: bahwa kehancuran bukan akhir, melainkan cara alam mengajarkan makna baru tentang kehidupan.