destinasi-wisata

Menyusuri Wisata Religi Rembang: Dari Kartini hingga Sunan Bonang

Rabu, 5 November 2025 | 18:10 WIB
Siluet menara masjid dan pepohonan di tepi laut Rembang saat senja, menghadirkan suasana damai khas kota religi pesisir utara Jawa. (Foto/ Istimewa.)

Sore harinya, wisatawan bisa singgah ke Museum Kartini di pusat kota. Di sana, perjalanan spiritual perempuan Indonesia ini terasa begitu nyata. Surat-suratnya kepada sahabatnya di Belanda masih dipajang dalam bingkai kayu tua, seolah suara Kartini masih bergema: “Habis gelap terbitlah terang.”

Baca Juga: Lasem, Kota Batik yang Tak Pernah Lelah Menenun Kisahnya

Senyap yang Menenangkan

Menjelang senja, Rembang berubah menjadi kota dengan cahaya lembut. Laut yang terhampar di ujung kota memantulkan warna oranye, sementara menara masjid mulai memancarkan adzan magrib. Di jalan-jalan kecil, terlihat para santri berjalan membawa kitab kuning di bawah sinar lampu jalan.

Di sini, spiritualitas tidak hadir dalam kemegahan, tapi dalam kesederhanaan yang tulus. Rembang mengajarkan bahwa wisata religi bukan sekadar perjalanan ke tempat suci, tapi perjalanan ke dalam hati mengenang, menghargai, dan memahami makna hidup dari mereka yang lebih dulu menyalakan cahaya.

Rembang: Kota Dua Cahaya

Satu cahaya datang dari Kartini, perempuan yang menyalakan semangat pendidikan dan emansipasi. Cahaya lainnya datang dari Sunan Bonang, wali yang menebar Islam dengan kelembutan budaya. Keduanya berpadu di tanah yang sama, menjadikan Rembang bukan hanya kota wisata, tetapi ruang spiritual yang hidup di tengah zaman.

Dan ketika malam tiba, suara debur ombak dan doa-doa yang bergema di surau kecil menjadi harmoni yang indah penanda bahwa cahaya dari Rembang masih menyala, menerangi masa kini dan masa depan.

Halaman:

Tags

Terkini