Di sore hari, pengunjung bisa mengikuti sesi forest therapy, duduk di bawah pohon pinus sambil menulis jurnal reflektif. Tak jarang, air mata mengalir tanpa sebab. Healing memang tidak selalu berarti tertawa; kadang ia hadir dalam bentuk kejujuran pada diri sendiri.
Makanan Sehat dan Filosofi Slow Living
Di restoran kecil Oasis, makanan disajikan bukan untuk sekadar kenyang, tapi untuk menenangkan tubuh. Semua bahan diambil dari petani lokal: sayur organik, ikan segar, dan teh hijau dari lereng sekitar.
Chef-nya percaya bahwa “setiap rasa memiliki energi”. Maka setiap hidangan diolah perlahan, dengan bumbu sederhana, dan disajikan hangat.
Di ruang makan terbuka itu, para tamu sering berbincang pelan, saling bertukar cerita tentang alasan mereka datang: burnout, kehilangan, atau sekadar ingin merasakan kembali diri sendiri. Dari obrolan itu, lahir rasa tenang yang sulit dijelaskan.
Baca Juga: 7 Tips Cari Hotel Murah di Puncak Saat Musim Liburan, Tanpa Drama Kehabisan Kamar
Ketenangan yang Tak Bisa Difoto
Banyak yang datang ke Oasis Sukabumi membawa kamera dan ponsel canggih, berharap menangkap keindahan tempat ini. Tapi mereka akhirnya sadar — apa yang paling indah justru tak bisa diabadikan.
Itu adalah momen ketika udara terasa bersih di dada, ketika tawa terdengar tulus tanpa latar musik, dan ketika seseorang duduk lama tanpa merasa perlu berbicara. Healing bukan soal tempat, tapi tentang keberanian untuk berhenti dan hadir sepenuhnya.
Oasis Sukabumi hanya menjadi medium, tempat di mana alam membantu manusia menemukan kembali dirinya yang hilang.