Menemukan Ketenangan di Wisata Purwakarta Kampung Panenjoan, Surga Hijau Membawa Ketenangan

photo author
- Jumat, 7 November 2025 | 15:47 WIB
Pemandangan hijau Kampung Panenjoan di Purwakarta, tempat alam dan warga tumbuh bersama. Foto/Bogorinsider.com (Foto/Bogorinsider.com)
Pemandangan hijau Kampung Panenjoan di Purwakarta, tempat alam dan warga tumbuh bersama. Foto/Bogorinsider.com (Foto/Bogorinsider.com)

BOGORINSIDER.com --Pagi itu, kabut masih menggantung di atas hamparan sawah hijau. Di kejauhan, bukit-bukit kecil tampak seperti penjaga alam yang setia.

Inilah Kampung Panenjoan, desa wisata di Purwakarta yang menyatukan alam, budaya, dan kehangatan warganya dalam harmoni yang nyaris sempurna.

Di Mana Kampung Panenjoan Berada

Kampung Panenjoan terletak di Desa Sindang Panon, Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Dari pusat kota Purwakarta, perjalanan memakan waktu sekitar 45 menit ke arah selatan.

Baca Juga: Waduk Jatiluhur dan Kisah Alam yang Menjadi Daya Tarik Wisata Purwakarta

Jalanan berliku, tetapi pemandangan di sepanjang jalan membuat setiap tikungan terasa istimewa: sawah bertingkat, pohon jati, dan senyum ramah warga yang melintas di jalan desa.

Dari Tanah Subur Menjadi Desa Wisata

Beberapa tahun lalu, Kampung Panenjoan hanyalah wilayah pertanian biasa. Namun, berkat semangat gotong royong warga dan dukungan pemerintah daerah, desa ini berubah menjadi destinasi wisata yang ramah lingkungan.

Nama “Panenjoan” berasal dari bahasa Sunda yang berarti “tempat melihat pemandangan”.

Dari gardu pandang di atas bukit, mata pengunjung dimanjakan oleh panorama hamparan sawah dan pegunungan yang membingkai langit Purwakarta.

Kini, warga mengelola lahan pertanian, homestay, hingga kafe bambu kecil dengan cara yang tetap menjaga keseimbangan alam. Wisatawan bisa belajar menanam padi, memancing di kolam ikan, atau sekadar duduk di saung menikmati teh panas sambil mendengar suara angin.

Baca Juga: Menjelajah Bukit Wawo: Keindahan Alam dan Kedamaian di Timur Sumbawa

Cerita dari Warga

Pak Asep, salah satu penggagas desa wisata ini, bercerita bahwa dulu banyak anak

muda yang memilih merantau karena merasa kampungnya tak punya daya tarik. “Sekarang, mereka kembali. Ada yang buka warung kopi, ada yang jadi pemandu wisata, ada juga yang bantu promosi lewat media sosial,” ujarnya sambil tersenyum bangga.

Kampung Panenjoan menjadi bukti bahwa pariwisata tak harus modern dan glamor. Cukup dengan alam, keramahan, dan kebersamaan, sebuah tempat bisa tumbuh menjadi destinasi yang dicintai.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rosa Nilasari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X